Pesan Khatib Id Istiqlal: Keberhasilan Beragama Diukur Kesalehan Sosial

By Admin

nusakini.com--Selesainya ibadah formal seperti puasa dan amaliah lainnya, bukan berarti segala urusan agama selesai. Ukuran keberhasilan keberagamaan ternyata diukur dengan hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan. 

“Orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual tanpa melahirkan makna dan efek sosial ternyata tidak ada artinya. Segalanya baru berarti setelah diuji di dalam realitas kehidupan,” demikian pesan Khatib Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Jakarta, Rabu (6/7). 

Ratusan ribu umat Islam memadati Masjid Istiqlal untuk menyelenggarakan jamaah Salat Idul Fitri 1437H. Tampak hadir, Wapres Jusuf Kalla, Menag Lukman Hakim Saifuddin beserta menteri kabinet kerja lainnya, serta pimpinan dan anggota DPR. Tepat pukul 06.45, Salat Id dimulai dengan Imam Ust. Husni Thamrin.  

Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengajak umat Islam untuk tidak beragama secara palsu yang minim kepedulian sosial sebagaimana dilukiskan dalam pesan Al Quran Surat Al Maun ayat 1 – 7. 

“Tahukah kalian siapa orang yang mendustakan agama? Mereka itulah orang yang menghardik dan tidak care terhadap anak yatim, tidak menganjurkan memberi makan dan solusi terhadap problem fakir miskin. Maka celakalah bagi mereka yang salat, yang lalai dari salatnya; orang-orang yang berbuat ria dan enggan (menolong dengan) barang berharga,” tuturnya. 

Sehubungan berakhirnya Ramadan, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengajak umat Islam untuk memelihara kualitas puasanya dengan bersyukur dan bersabar, ikhlas dan istiqamah, kritis dan santun, serta berani membela kebenaran dan takut melakukan pelanggaran. 

“Bukan hanya pandai melihat kelemahan orang lain tapi juga pandai melihat kelemahan diri sendiri. Bukan hanya mampu bicara banyak tapi juga mampu berbuat banyak. Bukan hanya mampu menjadi orang baik, tapi juga mampu mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik,” pesannya. (p/ab)